BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

selamat datang ^_^

Minggu, 30 Desember 2012

Gerakan 1000 Pohon Untuk Masa Depan Dari Intercontinental Jakarta | Rileks.com

Gerakan 1000 Pohon Untuk Masa Depan Dari Intercontinental Jakarta
Intercontinental Jakarta Midplaza bekerja sama dengan Yayasan Tanam Pohon dan Lippo Cikarang menggelar acara Menanam 1000 Pohon pada hari Rabu, 23 November 2011 di Lippo Cikarang. Acara ini merupakan wujud sikap proaktif Intercontinental Jakarta untuk penghijauan kota dan juga merupakan bagian dari kelanjutan program CSR (Corporate Social Responsibility) hotel,
Intercontinental Jakarta Midplaza bekerja sama dengan Yayasan Tanam Pohon dan Lippo Cikarang menggelar acara Menanam 1000 Pohon pada hari Rabu, 23 November 2011 di Lippo Cikarang. Acara ini merupakan wujud sikap proaktif Intercontinental Jakarta untuk penghijauan kota dan juga merupakan bagian dari kelanjutan program CSR (Corporate Social Responsibility) hotel, dimana semuanya berkaitan dengan kelestarian daerah wisata dan timbal balik untuk kesejahteraan masyarakat setempat.
Ian McKie, General Manager of Intercontinental Jakarta Midplaza
Penanaman pohon ini juga sejalan dengan salah satu inisiatif brand Intercontinental Hotels Group yang dikenal sebagai Responsible Business. Hal ini dilakukan oleh hotel-hotel diseluruh dunia untuk terlibat dengan isu-isu lingkungan dan sosial yang saling berkaitan dengan keunikan daerah tujuan wisata.
“Lingkungan dan masyarakat merupakan aspek penting dalam berbisnis. Aktivitas di tengah-tengah masyarakat sangat penting karena memiliki kaitan erat serta memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak,” ujar Ian McKie, General Manager of Intercontinental Jakarta Midplaza.
Selama ini kegiatan CSR Intercontinental terfokus pada kegiatan sosial seperti mengunjungi panti sosial dan baru kali pertama ini Intercontinental mengadakan kegiatan CSR tentang lingkungan hidup. Selanjutnya Ian pun menegaskan bahwa kedepannya acara seperti ini akan diselenggarakan setiap tahun.
Kegiatan menanam 1000 pohon ini bukan merupakan kegiatan yang singkat, karena pohon-pohon yang telah ditanam diharapkan akan tumbuh dalam waktu yang lama. Diharapkan generasi berikutnya yang berada di Jakarta dapat menikmati keuntungan akan lingkungan yang lebih hijau. (Dod)

HACCP( Hazard Analysis Critical of Control Point)

HACCP BARU  PPT di atas adalah Materi Mata Kuliah Penyehatan Makanan dan Minuman-B tentang HACCP, mata kuliah tersebut diampu oleh Bu Lilik Hendrarini, SKM, M.Kes

Kamis, 20 Desember 2012

PENGUKURAN SO2 DI JALAN RAYA


PENGUKURAN SO2 DI JALAN RAYA
A.    TUJUAN
Mahasiswa memeriksa SO2 di udara dengan metode pararosanilin dengan SO2 air test kit.
B.     DASAR TEORI
Sulfur dioksida, sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akancepat berubah menjadi SO2 sebagai berikut :
H2S + 3/2 O2 → SO2 + H2O
Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak terbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, fosil seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi. SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2 mengalami konveksi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer. Bila aerosol asam tersebut memasuki sistem pernafasan dapat terjadi berbagai penyakit pernafasan seperti gangguan pernafasan hingga kerusakan permanent pada paru-paru. Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batubara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh SO2 atmosfir/tahun. Akan tetapi, karena hamper seluruhnya berasal dari buangan industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah dikemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak SO2 daripada sumber alamiah.
Sulfur dioksida atau SO2 adalah bagian dari Sox. Gas ini dengan mudah larut dalam air. Sumber SO2 dapat berasal dari pembakaran batubara, industri, dan kendaraan umum.
http://el-andalucy.blogspot.com/2010/12/pencemaran-udara-oleh-gas-no2-so2-dan.html
C.     ALAT DAN BAHAN
Bahan :
SO2 in air test kit
Alat :
a.       Midged impinger
b.      Pompa sampling udara
D.    PROSEDUR KERJA
a.       Menuangkan 10ml larutan penyerap SO2 ke dalam midged impinge. Midged impinge dihubungkan dengan pompa sampling udara,selanjutnya pompa sampling udara dihubungkan dengan sumber listrik.
b.      Memaparkan / sampling selama 10 menit dengan kecepatan aliran udara 1,0 lpm.
c.       Setelah sampling selesai ,menuangkan larutan penyerap ke dalam tabug kecil yang ada dalam SO2 kit dengan kode (0223) sampai tanda garis.
d.      Menambahkan satu sendok reagen SO2 #1 dengan menggunakan sendok ukuran 0,25 g(0645),kemudian tabung ditutup dan mencampur hingga bubuknya larut.
e.       Menambahkan 1 ml NaOH IN dengan menggunakan pipet 1 ml(0354) ditutup dan dibolak-balik beberapa kali hingga tercampur.
f.       Menuangakan 2ml indicator SO2 ke dalam tabung besar (0204) dengan menggunakan pipet 1ml yang lain (0354).
g.      Menuangkan isi tabung kecil (0230) ke dalam tabung yang besar (0204) yang telah diisi larutan indicator SO2. Menutupnya dan segera dibolak-balik 6 kali sambil memegangi tutup tabung tersebut kuat-kuat dengan jari telunjuk.
h.      Menunggu selama 15 menit selanjutnya menempatkan tabung ke dalam komparator dan mencocokkan warna sampel dengan indeks standar warna.
Waktu(menit)
 Nomor indek warna komparator

1
2
3
4
5
6
7
8
10
0,00
0,14
0,29
0,38
0,48
0,57
0,67
0,76
30
0,00
0,06
0,10
0,13
0,16
0,19
0,22
0,25
60
0,00
0,03
0,05
0,06
0,08
0,10
0,11
0,13
90
0,00
0,02
0,03
0,04
0,05
0,05
0,07
0,08

Kamis, 13 Desember 2012

TEKNIK PENGAWETAN MAKANAN


 TEKNIK PENGAWETAN MAKANAN

Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10 0 C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0 C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.
Pengeringan
pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plstik yang dengan drastic mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer.
Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.
Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki lubang – lubang . Plastik ini sangat penting penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang lama yang harus dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
Pengalengan
Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai.
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
Penggunaan bahan kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman.
Suatu jenis regenerasi baru growth substance sintesis yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang, pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982) melaporkan bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah – buahan tersebut direndam dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan segera di ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
Pemanasan
penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati. Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet. Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan pada 1000 C dan pemanasan di atas 1000 C.